Artikel : Kompetensi Sumber Daya Manusia dan SDM Bank Syariah (Tugas Manajemen)
Elida Kusumastuti / EPI A /
20130730030
Kompetensi Sumber Daya Manusia
Manajemen
sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan
perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu
organisasi.
Manajemen sumber
daya manusia (human resources management) berbeda dengan manajemen
personalia (personnel management). Manajemen sumber daya manusia
menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi yang
harus dikelola dengan baik, jadi MSDM sifatnya lebih strategis bagi organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemen
personalia menganggap karyawan sebagai salah satu faktor produksi yang harus
dimanfaatkan secara produktif, atau manajemen personalia lebih menekankan pada
sistem dan prosedur.
Pernyataan
tersebut menegaskan bahwa manajemen sumber daya manusia memberikan pengakuan
tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia utama
yang memberi kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta
memberikan kepastian bahwa pelaksanaan fungsi dan kegiatan organisasi
dilaksanakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi, dan
masyarakat.
Peran SDM dalam organisasi atau perusahaan
mempunyai arti yang sama pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri, mengingat
pentingnya peran Sumber Daya Manusia dalam organisasi atau perusahaan,
SDM sebagai faktor penentu organisasi atau perusahaan maka kompetensi menjadi
aspek yang menentukan keberhasilan organisasi atau perusahaan. Dengan
Kompetensi yang tinggi yang dimiliki oleh SDM dalam suatu organisasi atau
perusahaan tentu hal ini akan menentukan kualitas SDM yang dimiliki yang pada
akhirnya akan menentukan kualitas kompetitif perusahaan itu sendiri. Konsep
kompetensi sebenarnya bukan sesuatu yang baru.
Menurut Spencer and Spencer, (1993:9), Kompetensi adalah sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya (an underlying characteristic’s of an individual which is causally related to criterion – referenced effective and or superior performance in a job or situation). Underlying Characteristics mengandung makna kompetensi adalah bagian dari kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Causally Related memiliki arti kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Criterion Referenced mengandung makna bahwa kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik, diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.
Menurut Poerwadarminta (1993:518), Kompetensi adalah kekuasaan (kewenangan) untuk menentukan/memutuskan suatu hal. Menurut Suparno (2001:27), Kompetensi adalah kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki ketrampilan & kecakapan yang diisyaratkan. Sedangkan kompetensi menurut Van Looy, Van Dierdonck, and Gemmel (1998:212) menyatakan kompetensi adalah sebuah karakteristik manusia yang berhubungan dengan efektifitas performa, karakteristik ini dapat dilihat seperti gaya bertindak, berperilaku, dan berpikir.
Karakteristik kompetensi
Menurut Spencer and Spencer (1993:10)
kompetensi terdiri dari 5 (Lima) Karakteristik yaitu :
1. Motives
1. Motives
Adalah sesuatu dimana sesorang
secara konsisten berfikir sehingga ia melakukan tindakan. Spencer (1993)
menambahkan bahwa motives adalah “drive, direct and select behavior toward
certain actions or goals and away from others“. Misalnya seseorang yang
memiliki motivasi
berprestasi secara konsisten mengembangkan tujuan–tujuan yang memberi suatu
tantangan pada dirinya sendiri dan bertanggung jawab penuh untuk mencapai
tujuan tersebut serta mengharapkan semacam “feedback“ untuk memperbaiki dirinya.
2. Traits
Adalah watak yang membuat orang
untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon
sesuatu dengan cara tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri, kontrol diri, ketabahan atau daya tahan.
sesuatu dengan cara tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri, kontrol diri, ketabahan atau daya tahan.
3. Self Concept
Adalah sikap dan nilai – nilai yang
dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk
mengetahui nilai yang dimiliki seseorang dan apa yang menarik bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu.
4. Knowledge
Adalah informasi yang dimiliki
seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan merupakan
kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan mengukur kemampuan peserta untuk memilih jawaban yang paling benar tetapi tidak bias melihat apakah sesorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan mengukur kemampuan peserta untuk memilih jawaban yang paling benar tetapi tidak bias melihat apakah sesorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Skills
Adalah kemampuan untuk melaksanakan
suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental.
Dengan mengetahui tingkat kompetensi maka perencanaan sumber daya manusia akan lebih baik hasilnya.
Dengan mengetahui tingkat kompetensi maka perencanaan sumber daya manusia akan lebih baik hasilnya.
Kategori kompetensi
Kompentensi dapat dibagi atas dua
kategori yaitu “Threshold” dan “Differentiating“ (Spencer and Spencer 1993 :
15) menurut kriteria yang digunakan untuk memprediksi kinerja suatu pekerjaan.
“Threshold competencies adalah karakteristik utama, yang biasanya berupa
pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca yang harus
dimiliki seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya. Tetapi kategori yang
ini tidak untuk menentukan apakah seseorang tersebut berkinerja tinggi atau
tidak.
Kategori ini jika untuk menilai karyawan hanyalah untuk mengetahui apakah ia mengetahui tugas–tugasnya, bisa mengisi formulir dan lain sebagainya. Sedangkan “Differentiating competencies” adalah faktor–faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Karena seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi maka ia akan mampu menetapkan target atau tujuan yang jauh lebih ketimbang kinerjanya pada tingkat rata–rata. (Milton Fogg, 2004 :27)
Kategori ini jika untuk menilai karyawan hanyalah untuk mengetahui apakah ia mengetahui tugas–tugasnya, bisa mengisi formulir dan lain sebagainya. Sedangkan “Differentiating competencies” adalah faktor–faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Karena seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi maka ia akan mampu menetapkan target atau tujuan yang jauh lebih ketimbang kinerjanya pada tingkat rata–rata. (Milton Fogg, 2004 :27)
SDM Pada Bank Syariah
Perkembangan perbankan syariah
sangat mengembirakan, namun kehadiran bank-bank umum syariah
dan pembukaan unit usaha syari’ah oleh bank konvensional, menghadapi
sejumlah kendala yang tidak ringan. Salah satu masalah atau kendala yang dihadapi
adalah terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang memiliki
kompetensi dan kualifikasi masih langka, baik di level menengah dan atas
(direksi, kepala divisi dan kepala cabang), maupun di level bawah..
Perlu diketahui
bahwa keberhasilan pengembangan perbankan syariah bukan hanya ditentukan oleh
keberhasilan pertumbuhan yang spektakuler atau keberhasilan penyebarluasan
informasi, penyusunan atau penyempurnaan perangkat ketentuan hukum, atau
banyaknya pembukaan jaringan kantor, tetapi juga sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya insani para pelaku/praktisi perbankan syariah itu sendiri,
sehingga bank syari’ah bisa berjalan sesuai prinsip syari’ah dan dapat
dimanfaatkan masyarakat luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan
lil alamin.
Fakta menunjukkan bahwa sebagian
besar SDM bank syariah, terutama pada level menengah dan atas, adalah jebolan
bank konvensional dengan berbagai motif. Diperkirakan 70 persen karyawan bank
syariah saat ini berasal dari bank konvensional dan latar pendidikan non
syariah. Umumnya mereka biasanya hanya diberi training singkat (2
minggu) mengenai ekonomi syari’ah atau asuransi syari’ah lalu diterjunkan
langsung sebagai praktisi ekonomi syari’ah. Selanjutnya sebagian mereka
mengikuti training MODP atau MT (Management Training) selama satu bulan.
Seringkali training seperti ini kurang memadai, karena yang perlu diupgrade
bukan hanya knowlegde semata, tetapi juga paradigma syari’ah, visi dan
missi, serta kepribadian syari’ah, bahkan sampai kepada membangun militansi
syariah. Selain itu materi ekonomi syari’ah tidak mungkin bisa dipelajari
hanya dalam waktu 2 minggu atau 2 bulan.
Minimnya skills dan
kognisi (keilmuan) sumber daya insani (SDI) di bidang perbankan syariah ini
menimbulkan dampak negatif yang serius, antara lain implementasi
syariah Islam dalam perbankan menjadi tidak optimal. Akibatnya lainnya
ialah pengembangan produk-produk yang benar-benar memiliki landasan
syariah yang kuat dan sekaligus memiliki keandalan bisnis menjadi terhambat.
Padahal, idealnya pengembangan produk ini harus bisa membawa masyarakat pada
fitrah alam dan fitrah usaha yang mengikuti syariah, terutama dalam pertanian,
perdagangan, investasi, dan perkebunan.
Karena kurangnya pemahaman dan
komitmen syari’ah, maka tidak jarang praktek bank syari’ah telah tercemar
oleh budaya konvensioanl yang tidak syar’iy yang bertentangan dengan fitrah
alam dan fitrah usaha. Para bankir syariah yang tidak berlatar belakang ilmu
perbankan syariah ini hanya berkutat pada produk-produk konvensional, diberi
imbuhan syariah dan dimodifikasi di sana-sini, selanjutnya dijual dengan label
syariah. Jadi, pengembangan produk perbankan syariah hanya mencari-cari padanan
dengan produk perbankan konvensional. Jika kecenderungan ini berlangsung
terus menerus akan menyebabkan degradasi produk-produk perbankan syariah pada
masa depan.
Hal ini merupakan peluang yang
sangat prospektif, sekaligus merupakan tantangan bagi kalangan akademisi dan
dunia pendidikan untuk menyiapkan Sumber Daya Insani (SDI) yang
berkualitas yang ahli di bidang ekonomi syari’ah, bukan karbitan seperti yang
banyak terjadi selama ini. Tingginya kebutuhan SDI bank syari’ah dan lembaga
keuangan syariah ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi syariah semakin
dibutuhkan oleh masyarakat.
Karena itu perlu adanya redesign
tentang institusi kependidikan di Indonesia terutama di fakultas ekonomi
dan syariah, agar dapat dihasilkan sarjana yang mempunyai skills tentang
ekonomi syari’ah dan memiliki budi pekerti yang sesuai dengan syariah
Islam dan applicable di sektor ekonomi.
Lembaga pendidikan adalah
institusi yang bertanggung jawab dalam menghasilkan SDM keuangan
syariah yang berkualitas. Dalam pengembangan pendidikan ekonomi keuangan
syariah di masa yang akan datang setidaknya ada lima aspek
yang perlu mendapat perhatian serius,
Pertama, Set
kurikulum yang tepat; mengkombinasikan mata kuliah yang memberikan pengetahuan
profesionalitas ekonomi/ keuangan/perbankan/bisnis dan pengetahuan syariah
(hukum & aplikasi) serta nilai-nilai moral (akidah & akhlak)
Kedua
Tersedia sarana dan fasilitas belajar yang memadai;
matrikulasi bahasa, perpustakaan (literatur lengkap), laboratorium (bank,
akuntansi dll)
Ketiga,
Staf pengajar yang kompeten dan berkualitas
Keempat,
Buku teks yang memadai (perpustakaan yang
menyediakan buku dan litaratur ekonomi Islam)
Kelima,
Program pendukung seperti; magang, on-job training
dsb.
Kualifikasi dan Standar
SDM Ekonomi Syariah
- Memahami
nilai-nilai moral dalam aplikasi fikih muamalah/ekonomi syariah
- Memahami
konsep dan tujuan ekonomi Syariah
- Memahami
konsep dan aplikasi transaksi-transaksi (akad) dalam muamalah ekonomi
syariah
- Mengenal
& memahami mekanisme kerja lembaga ekonomi/ keuangan/perbankan/bisnis
syariah
- Mengetahui
& memahami mekanisme kerja dan interaksi lembaga-lembaga terkait-regulator,
pengawas, lembaga hukum, konsultan–dalam industri
ekonomi/keuangan/perbankan/ bisnis syariah
- Mengetahui
& memahami hukum dasar baik hukum syariah (fiqh mumalah) maupun hukum
positif yang berlaku
- Menguasai
bahasa sumber ilmu, yaitu Arabic dan English
Sumber :
Artikel : Kompetensi Sumber Daya Manusia dan SDM Bank Syariah (Tugas Manajemen)
Reviewed by ELIDA KUSUMAS
on
06:14
Rating:
terima kasih atas tullisannya, sangat bermanfaat :)
ReplyDeletesama-sama, :).
Delete